9 Perusahaan Sawit Kepung Taman Nasional
Senin, 01 Maret 2010
KAPUAS- Keberadaan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) di Kapupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat mulai terancam. betapa tidak, sedikitnya ada sembilan perusahaan perkebunan kelapa sawit berskala besar melakukan ekspansi di sekitar kawasan yang dianggap paru-paru dunia tersebut.
Data dari Balai TNDS menyebutkan, sembilan perusahaan yang telah mengantongi izin dan siap beroperasi di dekat wilayah tersebut adalah PT Nusantara Mukti Sentosa, PT Bukit Prima Plantindo, PT Aneka Prima Pendopo, PT Plantana Razsindo, PT Setia Arto Mulia, PT Sawit Karunia Seriang, PT Sumber Sawit Sintang, PT Kirana Mega Tara, dan PT Mandala Agrisindo Perkasa.
Meskipun belum seluruh perusahaan yang memiliki izin itu sudah beroperasi, namun keberadaannya sudah memantik kekhawatiran masyarakat setempat. Sebab, diprediksi akan membawa dampak lingkungan di seputar kawasan TNDS dan bahkan akan bersentuhan langsung dengan kehidupan sosial masyarakat setempat seperti masalah ekonomi, ekologi serta ekses sosiologi.
H Jono, tokoh masyarakat yang juga pengusaha penangkar ikan Arwana di Kecamatan Suhaid, Kapuas Hulu mengaku sangat resah dengan masuknya perusahaan sawit di sekitar penangkaran yang di kelolanya sejak 1984 silam.
Keresahan itu cukup beralasan dilihat dari sisi pergeseran ekologi, terutama kesulitan untuk mendapatkan sumber air bersih yang tidak tercemar. Sebab, biasanya perusahaan sawit menggunakan Pestisida dan pupuk organik.
“Tahu sendiri lah, perusahaan kelapa sawit pasti menggunakan bahan kimia. Ini yang menjadi persoalan bagi kita. Kondisi air pasti sudah tidak steril lagi,” kata H Jono.
Selain itu, lanjut Jono, Kecamatan Suhaid dan beberapa kecamatan lainnya merupakan kawasan penyangga TNDS dan bisa maju dengan mengandalkan sektor perikanan sebagai basis perekonomian utama masyarakat. Hingga kini, tercatat sekitar 100 tambak ikan arwana di wilayah itu, murni dikelola masyarakat dengan nilai investasi mencapai Rp200 miliar.
“Kita tak bisa bayangkan, jika sudah masuk perusahaan sawit itu semua. Mau jadi apa TNDS ini, belum lagi dampaknya bagi usaha masyarakat. Investasi kita tidak sedikit lho pada sektor perikanan ini dan merupakan mata pencaharian utama,” beber Jono.
Keresahan masyarakat, akan keberadaan perusahaan kelapa sawit cukup beralasan. Bukan hanya dampak penggunaan bahan kimia saja, namun jenis tanaman sawit diketahui sebagai tanaman yang haus dengan air.
Terpisah Direktur Yayasan Konservasi Hutan Kalbar, Lauren mengatakan pengaruh perubahan lahan dari hutan gambut menjadi lahan sawit terhadap alam sangat buruk. Lahan gambut tumbuh dari berbagai jenis tanaman, menghasilkan karbondioksida dan berfungsi sebagai penyerapan air. Sedangkan jika lahan digunakan menjadi perkebunan sawit, fungsi hutan sebagai penyerapan air tidak sepenuhnya lagi berfungsi.
“Sudah barang tentu bakal mengubah keadaan iklim. Tidak hanya penyerapan air. Sudah pasti bumi bertambah panas. Nah, es yang berada di kutub utara akan mencair. Persoalan ini berpengaruh terhadap semua makhluk hidup di bumi. Jika tidak bisa menyesuaikan diri sudah pasti ancamnya punah,” pungkasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar