Blogger Template by Blogcrowds.

Ritual, Mayat Pendi Ditemukan di Desa Handiwung

Sabtu, 20 Maret 2010

Setelah tiga hari pencarian, Tim SAR akhirnya berhasil menemukan jasad Pendi (18), Jumat (19/3) petang. Korban kecelakaan lalu lintas yang tercebur Sungai Katingan itu ditemukan sudah tak bernyawa di kawasan Desa Handiwung.

Mayat Pendi ditemukan mengapung di tepi sungai sekitar pukul 17.30 WIB. Lokasi penemuan korban cukup jauh, sekitar 30 menit naik speedboat dari Kasongan. Derasnya arus Sungai Katingan membuat tubuh korban terseret cukup jauh hingga beberapa kilometer dari tempat dia terjatuh.

Saat ditemukan, kondisi tubuh luka-luka dan helm masih melekat di kepala. Pada bagian wajah terdapat luka menganga, diduga akibat luka tabrakan. Tubuh korban kemudian dimuat ke dalam kantong mayat dan dibawa ke RSUD Kasongan untuk divisum.

Usai visum, jenazah pemuda asal Desa Tumbang Tungku, Kecamatan Pulau Malan, Kabupaten Katingan ini, dibawa ke rumah pamannya di Kasongan Seberang untuk disemayamkan.

Tragedi ini cukup menyita perhatian warga Kasongan. Bahkan, Bupati Katingan Duwel Rawing datang melihat langsung ke RSUD Kasongan. Bau tak sedap menyeruak dari tubuh korban yang tergeletak di kamar jenazah. Rencananya Sabtu (20/3) hari ini, korban dimakamkan di Desa Tumbang Tungku.

Kapolres Katingan AKBP Drs H A Yudi Suwarso SH MH mengatakan, pihaknya sekarang masih menyelidiki kasus kecelakaan lalu lintas hingga menyebabkan satu orang meninggal dunia. Sat Lantas juga sudah memintai keterangan kedua korban lainnya yang sekarang masih dirawat di RSUD Kasongan, Dede Irawan dan Marco.

Ketika disinggung mengenai pengamanan pagar Jembatan Kasongan, menurut Yudi, pagar jembatan seharusnya ditutup dengan tiang penyangga demi keamanan pengguna jalan. Sedangkan, yang ada sekarang ini, hanya dua pipa sebagai pengaman pagar jembatan.

“Yang namanya jembatan ada jalur putih yang tidak putus-putus di tengah jalan, tujuannya dilarang menyalip. Berhenti pun tidak boleh. Karena, bila berhenti ataupun menyalip kendaraan lain, sangat membahayakan karena lebar jalan sesuai dengan kententuan, yakni hanya bisa dilalui dua kendaraan. Saya mengimbau masyarakat agar tertib berlalu lintas, jangan sembarang menyalip sesuai dengan rambu rambu yang ada,” kata Yudi.

Sebelumnya, pihak keluarga korban melakukan ritual dengan cara minta bantuan seorang pisur dari tokoh masyarakat yang bisa berkomunukasi dengan makhluk gaib untuk mempermudah penemuan tubuh korban.

Upacara ritual dilakukan di tempat korban terjatuh, di atas Jembatan Kasongan, Jumat (19/3) sekitar pukul 11.00 WIB. Berbagai sesajen untuk persembahan kepada makhluk halus disiapkan di atas jembatan, seperti ayam panggang, beras kuning, ketan, dan lain-lain.

Setelah sesajen dinyatakan cukup lengkap, pawang memulai ritual dengan membaca mantra agar roh halus yang ada di alam gaib bisa membantu keberadaan tubuh Pendi.

Sesajen kemudian ditaburkan ke sungai, dan diharapkan tubuh Pendi muncul ke permukaan air sehingga bisa diambil pihak keluarga dengan cara menyelam.

“Saya meminta bantuan kepada para makhluk halus agar ditunjukkan keberadaan Pendi dan di mana pihak keluarga bisa menemukannya sehingga jangan sampai keluarga yang sudah sedih ini menjadi sedih lagi karena tidak menemukan Pendi. Dengan sesajen ini kami sembahkan kepada kalian, tolong tunjukkan di mana tempatnya, jangan dipersulit pihak keluarga dalam mencarinya terimalah sesajen ini,” ucap sang pisur dalam bahasa Dayak Ngaju.

Acara ritual sontak membuat jalur di atas Jembatan Kasongan terlihat padat. Para pengguna jalan yang datang dari arah Palangka Raya maupun dari Sampit berhenti karena penasaran melihat acara ritual.

Imirdianto (60), ayah Pendi, terlihat sedih atas kejadian yang menimpa anaknya. Pendi selama ini tinggal dengan pamannya Sayun di Kasongan, karena menimba ilmu di salah satu SMA Kasongan.

Menurut Imirdianto, selama ini anaknya itu jarang pulang kampung. Sejak kecil sifatnya pendiam dan agak tertutup. Bila ada masalah, selagi dia mampu diselesaikan sendiri. Setiap pulang kampung, Pendi selalu diberi uang saku hanya Rp300 ribu, karena keluarganya juga hidup pas-pasan.

Pendi merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Imirdianto dan Nala. Jika kelak lulus sekolah, Pendi diharapkan bisa menjadi tulang punggung keluarga. Namun, harapan itu pupuslah sudah, karena Pendi dipanggil Yang Maha Kuasa. (c-sus)

0 komentar:

Posting Komentar